Setelah
jerman kalah dalam Perang Dunia II, uang di negara tersebut menjadi hampir
tidak berguna karena selain adanya tekanan inflasi yang sangat kuat, pihak yang
menang perang menerapkan pengendalian harga yang sangat ketat. Karena harga
ditetapkan jauh dibawah tingkat yang dianggap wajar oleh masyarakat, maka
penjual tidak lagi menerima pembayaran dalam bentuk uang, sehingga muncullah
barter. Para ahli memperkirakan bahwa karena tidak adanya alat pertukaran yang
memadai, perekonomian Jerman hanya memproduksi output setengah dari yang
seharusnya dapat diproduksi apabila sistem moneter dalam kondisi baik.
Keajaiban ekonomi yang terjadi di Jerman setelah tahun 1948 dapat dianggap
terutama akibat negara tersebut mengadopsi sistem moneter yang baik.
Uang
menjadi sangat langka selama abad ke-19 di Brazil karena adanya kelangkaan
tembaga. Transaksi yang menggunakan uang menjadi sulit karena uang logam dari
tembaga tidak dapat lagi dicetak dan orang lebih cenderung menimbun uang logam
tembaga tersebut daripada menggunakannya untuk bertransaksi. Beberapa pedagang
dan pemilik restoran menerbitkan voucher yang dapt ditukarkan dengan barang
atau jasa. Voucher tersebut beredar sebagai uang sampai munculnya lagi uang
logam tembaga. Demikian juga, orang yang menghadapi kelangkaan uang pada masa
awal kolonisasi Amerika membuat catatan rinci tentang peminjam dan pinjamannya.
Sebagai
contoh, Panama adalah suatu negara di Amerika Tengah yang menggunakan dolar
Amerika sebagai alat pertukaran. Pada tahun 1998, karena ada tuduhan bahwa
pemimpin Panam terlibat dalam perdagangan obat bius, Amerika Serikat membekukan
aset milik Panama di Amerika Serikat. Hal tersebut mendatangkan kepanikan di
Panam sehingga para deposan menarik dananya dar Bank; bank terpaksa tutup
selama sembilan minggu. Dolar ditimbun sehingga orang terpaksa melakukan
barter. Karena barter jauh kurang efisien dibandingkan sistem moneter yang
bekerja dengan baik, GDP Panama dilaporkan merosot sebesar 30% pada tahu 1998.
Di
Rusia, hiperinflasi rubel, setelah pecahnya Uni Soviet, meningkatkan permintaan
Rusia terhadap mata uang kuat, terutama dolar. Seorang pejabat Bank Sentral
Rusia memperkirakan bahwa pada tahun 1995 nilai dolar di Rusia melebihi nilai
rubel. Dalam kaitannya dengan hukum Gresham, orang Rusia lebih suka untuk
menggunakan rubel dalam perdagangan, dan menimbun dolar yang dimiliki.
Sumber
: William A. Mc Eachern, Ekonomi Makro,
Pendekatan Kontemporer Salemba Empat. 2000
Tidak ada komentar:
Posting Komentar