Peluang
investasi di Indonesia yang begitu besar harus dimanfaatkan semaksimal mungkin,
baik oleh pemerintah, pelaku bisnis, maupun investor. saat ini, Indonesia
menjadi negara di Asia yang diminati untuk investasi, selain China dan India. Keadaan
seperti yang harus benar – benar di manfaatkan, agar perekonomian Indonesia
semakin maju dan pertumbuhan ekonomi Indonesia akan semakin meningkat. Selain itu,
kepercayaan dunia terhadap Indonesia pun akan semakin meningkat.
Asia
sedang naik daun dan Indonesia saat ini menjadi investor . Investor sadar
Indonesia memiliki potensi yang besar. Sektor di Indonesia yang menarik untuk
investasi saat ini adalah komoditas seperti batu bara dan minyak sawit.
Di Asia bagian tenggara, Indonesia dikaruniai sumber
daya alam melimpah. Sumber daya minyak dan gas yang diperkirakan mencapai 87,22
milliar barel dan 594,43 TSCF tersebar di Indonesia, menjadikan Indonesia
tujuan Investasi yang menarik pada sektor minyak dan gas bumi.
Dinamika Industri Minyak dan Gas Bumi yang sudah
berlangsung sejak lama, menjadikan Indonesia lebih matang dalam mengembangkan
kontrak dan kebijakan yang ada untuk mendukung investasi. Dukungan peraturan,
insentif dan penghormatan terhadap kontrak yang ada adalah usaha pemerintah
Indonesia untuk menjamin keberlangsungan Investasi di Indonesia.
Peluang investasi pengembangan industri migas di
Indonesia, baik di bidang hulu maupun hilir di masa mendatang masih sangat
menjanjikan. Secara geologi, Indonesia masih mempunyai potensi ketersediaan
hidrokarbon yang cukup besar. Rencana pemerintah dalam mempertahankan produksi
minyak bumi pada tingkat 1 juta barel per hari, tentu akan memberikan peluang
investasi yang besar di sektor hulu migas.
Potensi sumber daya migas nasional saat ini masih
cukup besar, terakumulasi dalam 60 cekungan sedimen (basin) yang tersebar di
hampir seluruh wilayah Indonesia. Dari 60 cekungan tersebut, 38 cekungan sudah
dilakukan kegiatan eksplorasi dan sisanya sama sekali belum dilakukan
eksplorasi. Dari cekungan yang telah dieksplorasi, 16 cekungan sudah
memproduksi hidrokarbon, 9 cekungan belum diproduksi walaupun telah diketemukan
kandungan hidrokarbon, sedangkan 15 cekungan sisanya belum diketemukan
kandungan hidrokarbon. Kondisi di atas menunjukkan bahwa peluang kegiatan
eksplorasi di Indonesia masih terbuka lebar, terutama dari 22 cekungan yang
belum pernah dilakukan kegiatan eksplorasi dan sebagian besar berlokasi di laut
dalam (deep sea) terutama di Indonesia bagian Timur.
Dari 60 cekungan sedimen yang berpotensi mengandung
hidrokarbon, 22 cekungan sedimen sama sekali belum pernah dilakukan kegiatan
pengeboran eksplorasi. Ditinjau dari rasio penemuan cadangan, Indonesia
termasuk wilayah yang cukup menjanjikan dibanding negara-negara di Asia
Tenggara, yaitu mencapai rata-rata sekitar 30%. Faktor keberhasilan (Success
Ratio) dari kegiatan eksplorasi, termasuk deliniasi rata-rata mencapai 38%,
sedangkan keberhasilan untuk sumur taruhan (wild cat) rata-rata lebih tinggi
dari 10%.
Sebagian besar lokasi cekungan yang menarik untuk
pengembangan blok baru tersebut terletak di kawasan Timur Indonesia dan
berlokasi di offshore. Diantara lokasi cekungan sedimen tersebut adalah di
sekitar pulau Sulawesi Offshore, Nusa Tenggara Offshore, Halmahera dan Maluku,
serta Papua Offshore. Disamping rasio penemuan yang kompetitif, biaya penemuan
(Finding ) Cost untuk cekungan di kawasan yang sebagian besar berlokasi di
offshore, juga relatif lebih rendah dibandingkan dengan wilayah lain di Asia
Tenggara.
Dengan rata-rata biaya penemuan migas yang rendah,
berdampak pada resiko investasi terutama untuk modal awal yang besar pada
lokasi offshore. Dengan kondisi-kondisi diatas, Indonesia bisa dibilang sebagai
wilayah yang sangat menjanjikan bagi investasi migas. Sampai dengan akhir tahun
2010 status Kontraktor Kontrak Kerja Sama (KKKS) berjumlah 246 KKKS.
Produksi Minyak Bumi
Produksi minyak bumi dan kondensat pada tahun 2010
mencapai 346,38 ribu barrel dengan produksi harian sebesar 944,9 ribu bph,
mengalami penurunan sebesar 3.900 bph dibandingkan produksi minyak bumi dan
kondensat tahun 2009 sebesar 948,8 ribu bph. Penurunan produksi tersebut
disebabkan antara lain karena mundurnya jadwal produksi awal beberapa KKKS,
penurunan produksi alamiah, dan permasalahan teknis operasional.
Produksi Gas Bumi
Produksi gas bumi pada tahun 2010 sebesar 9.336 MMSCFD
, mengalami kenaikan sebesar 1.034 MMSCFD dari 8.302 MMSCFD pada tahun 2009.
Kenaikan produksi tersebut antara lain karena mulai berproduksinya beberapa
lapangan gas baru dan optimalisasi produks.
Kondisi Pasar Minyak Bumi
Kondisi Pasar Minyak Bumi
Dalam 10 tahun terakhir, konsumsi BBM domestik
menunjukkan kenaikan rata-rata sebesar 4,8% per tahun. Dengan meningkatnya
jumlah penduduk dan membaiknya pertumbuhan ekonomi domestik, pertumbuhan
konsumsi BBM akan terus mengalami kenaikan. Sektor transportasi masih merupakan
pengguna terbanyak BBM domestik yaitu lebih dari 46%, disusul oleh sektor rumah
tangga, pembangkit listrik dan sektor industri.
Penyebaran permintaan akan BBM domestic mengikuti pola
penyebaran penduduk dan kegiatan ekonominya, wilayah Jawa-Bali masih
mendominasi yaitu sekitar 62%, Sumatera (20%) dan sisanya diserap oleh pasar
Indonesia Tengah dan Timur. Penyediaan BBM dalam negeri sebagian besar masih
diperoleh dari kilang dalam negeri yaitu sekitar 67 %, sedangkan 33 % sisanya
diperoleh dari pasar impor. Kapasitas kilang dalam negeri saat ini 1,157 juta
barel per hari dengan produksi BBM mencapai 40,42 juta kiloliter atau meningkat
sebesar 1,07% dari 39,99 juta kiloliter pada tahun sebelumnya.
Perkembangan permintaan Gas Bumi di Indonesia,
khususnya di Pulau Jawa semakin meningkat guna memenuhi kebutuhan industry dan
pembangkit listrik. Pada tahun 2020 diperkirakan permintaan gas akan mencapai
10,7 TCF (skenario rendah) atau 12 TCF (skenario tinggi).
Dari sisi pasokan, cadangan gas Indonesia diperkirakan
masih cukup untuk 50 tahun ke depan apabila dilihat dari rasio cadangan
terhadap produksi (Reserve to Production ). Sebagian cadangan gas Indonesia
terletak di luar Pulau Jawa, yaitu di Natuna (51,46 TCF), Kalimantan Timur
(18,33 TCF), Sumatera Selatan (17,90 TCF), dan Papua (24,32 TCF).
Untuk memudahkan pelayanan Investasi, Ditjen Migas telah
membuka ”Investment Center” atau Pelayanan Investasi Terpadu di gedung Plaza
Migas Lt. 1, Jl. H.R. Rasuna Said Kav. B-5 Jakarta Selatan. Di ruang pelayanan
investasi ini telah disediakan pelayanan perizinan baik untuk hulu, hilir
maupun penunjang. Juga disediakan formulir dan persyaratan yang harus dipenuhi.
(SF)
Selanjutnya, sektor yang diminati
investor adalah sektor konsumen. Tetapi, tidak selamanya Indonesia menjadi
perhatian dari investor. Kita
harus realistis, pasar dan investor itu selalu punya tren. Seberapa ini akan
berkelanjutan, itu tergantung bagaimana kita memanfaatkannya.
Dari sisi sarana dan prasarana yang
mendukung investasi, Indonesia tidak kalah dengan negara berkembang lainnya,
seperti China dan India. Meskipun dibandingkan dengan negara maju, Indonesia
masih menghadapi banyak masalah.
Untuk itu, dibutuhkan kesabaran dari
semua pihak baik pemerintah, pelaku bisnis, dan investor. Dan yang dikedepankan
seharusnya bukan hanya kuantitas dari investasi, tetapi juga kualitasnya.
Kunci dari kesuksesan investasi di
Indonesia adalah kerja sama semua pihak, yakni pemerintah, pelaku bisnis, dan
investor. Peluang investasi di Indonesia sangat besar mengingat Indonesia adalah
negara berkembang.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar